image blog

Antara Boss dan Pemimpin

Setelah lebih dari 25 tahun berkarir di berbagai macam perusahaan, atasan dan menjadi atasan dari berbagai team, sedikit sharing mungkin bisa membantu sekedar menyegarkan ingatan dan pemahaman kita terhadap arti seorang “Pemimpin” dan apa yang harus dihindari.

Pembahasan tentang “Kepemimpinan” atau Leadership sudah banyak diulas di berbagai artikel, buku, berita dan sebagainya. Pembahasan menjadi penting karena di dalam karir seorang Property Manager atau Building Manager sudah pasti menjadi seorang pemimpin organisasi entah besar atau kecil, entah karyawan tetap atau mengelola berbagai perusahaan outsourcing yang menjadi team nya. Keberhasilan dan pencapaian sasaran tidak lepas dari keberhasilan seorang property atau building manajer menjadi pemimpin yang baik dan efektif.

Agar mudah diingat saya membaginya menjadi 3 hal penting yaitu: Hati, Pikiran dan Tubuh.

Memimpin dengan Hati:

Seorang pemimpin diharapkan dapat memimpin dengan sepenuh hatinya, apa saja yang menjadi bagian dari memimpin dengan Hati:

 

  • Semangat atau Gairah (Passion)

 

Seorang pemimpin yang baik tentunya memiliki semangat dan gairah terhadap pekerjaan yang ditekuninya. Kenapa hal ini penting? Bayangkan bila seorang pemimpin membenci atau tidak menyukai pekerjaannya, sudah pasti semua perilaku, pemikiran dan tindakan nya akan tercermin pada kondisi sehari-hari dan pasti akan berpengaruh pada organisasi, orang-orang didalamnya.

Pada kenyataanya mencintai suatu pekerjaan itu memang sulit apalagi bukan bidang yang di sukai. Namun berdasarkan pengalaman tidak semua orang dapat menemukan atau bekerja di dalam bidang yang dicintainya. Lalu bagaimana dong? Sesuai pengalaman kita diberikan kemampuan berpikir untuk mencari cara agar kita bisa mencintai sesuai yang sedang kita kerjakan. Misalnya kita suka sekali mengajar, berbagi ilmu, itu mudah sekali, di dalam pekerjaan kita bisa melakukannya melalui program training internal, coaching karyawan dsb. Atau kita senang sekali terhadap bidang sosial dan kesejahteraan, ada program CSR di perusahaan. Contoh lain kita senang terhadap teknologi terbaru, di dalam tanggung jawab kita seringkali kita dapat terlibat di proyek atau inisiatif terkait dengan teknologi terbaru, aplikasi, computing, elektronika dan sebagainya.

Memiliki semangat dan gairah terhadap pekerjaan menjadi penting karena merupakan salah satu pondasi kita untuk dapat mencurahkan pikiran dan tenaga kita secara lebih positif. Dampaknya menular dan memberikan suasana kerja yang positif, bahkan sangat penting menunjang inovasi atau terobosan solusi yang dibutuhkan suatu organisasi, perusahaan.

 

  • Empati

 

Banyak yang bilang mau mendengarkan itu penting bagi seorang pemimpin, betul sekali tapi lebih penting lagi mau atau bisa ber-empati. Empati itu lebih dalam dan berdampak jauh karena kita mau dan bisa merasakan apa yang sedang dialami oleh team dan organisasi kita. Agar bisa berempati tentunya kita harus dapat melihat, mendengar dan merasakan dengan segala sensor yang ada di tubuh kita yang diberikan oleh YME. Ada yang bilang seseorang yang sensitive bahkan dapat merasakan secara tidak langsung (entah itu secara telepati atau, naluriah, atau hal lainnya). Tapi saya percaya juga bahwa manusia memancarkan suatu aura atau gelombang elektromagnetik yang dapat dirasakan oleh orang lain yang lebih peka.

Kembali ke topik empati, entah melalui penlihatan, pendengaran atau kepekaan lainnya, yang terpenting adalah kemauan dan latihan agar kita terbiasa dapat berempati. Berempati bukan berarti sekedar emosional belaka, seperti ikut menangis bila merasakan sedih, ikut tertawa bila merasakan senang, meski itu bagian dari empati, namun juga mau dan dapat dan mau memahami dan bertindak sesuai dengan apa yang dirasakan team/organisasi agar menjadi lebih baik. Contohnya bila suatu organisasi terasa tidak bersemangat atau terasa ada sesuatu yang tidak diungkapkan. Hal tersebut bisa dirasakan dan kita bisa mulai mencari tahu baik dengan komunikasi one on one, atau pertemuan “terbuka”, agar  kita paham apa yang sedang terjadi dan kita mau melakukan perubahan-perubahan yang dibutuhkan. Mungkin karena gaya dan cara kepemimpinan kita sendiri yang perlu diubah, atau karena ada masalah2 mendasar di perusahaan yang harus diubah, hal sederhana seperti upah, penghargaan secara personal (kadangkala hanya perlu dipuji dan di berikan kepercayaan) dan sebagainya.

Contoh lain, salah satu anggota team kita tiba-tiba berubah dari yang bersemangat lalu menjadi pendiam, setelah dilakukan one-on-one ternyata sedang ada masalah dikeluarganya dan kita bisa menawarkan apa yang kita bantu secara individu maupun perusahaan. Seringkali berempati dihindari karena takut nantinya malah diminta bantuan keuangan dan hal lain.

Pernah salah satu karyawan saya mengalami masalah hutang pribadi, dan setelah berbicara jujur memang diakui akibat pengeluaran yang tidak sebanding. Waktu itu saya menyarankan melakukan restrukturisasi hutang, bisa dengan menjual asset yang ada, meminjam hutang untuk solusi sementara namun yang lebih penting saya tidak memberikan bantuan keuangan gratis karena masalahnya hal tersebut tidak mendidik dan tidak menjadi pembelajaran bagi orang tersebut. Namun di kesempatan lain bisa saja karena masalah keluarga yang mendesak karena musibah dsb. Hal ini tentunya perlu solusi lain, ada urunan, namun tentunya secara pribadi bisa memberikan bantuan tanpa pamrih.

 

 

  • Nilai-nilai kehidupan

 

Nilai-nilai kehidupan seperti kejujuran, bisa bekerja sama, tidak mudah berhitung pamrih, keterbukaan komunikasi, atau bahkan kesetiaan terhadap keluarga dan integritas. Mungkin ada yang mengatakan kan tidak ada hubungannya dengan pekerjaan? Saya merasa beruntung pernah bekerja di perusahaan-perusahaan dunia yang sudah besar dan memiliki nilai-nilai dan prinsip yang dijunjung tinggi, seperti Integritas, Kejujuran, Kerjasama, Komitmen, dan sebagainya. Perusahaan yang tidak sekedar menaruh nilai-nilai dan prinsip yang baik dan menerapkannya di setiap hari dan kesempatan bekerja, serta sudah menjadi budaya yang melekat di perusahaannya, sudah pasti lebih punya kesempatan untuk menjadi perusahaan terbaik di dunia. Perusahaan seperti P&G, General Electric, dan perusahaan lain yang sudah bertahan puluhan bahkan ratusan tahun tentu tidak mungkin keliru memiliki nilai-nilai yang baik.

Seorang pemimpin tentunya diharapkan memiliki nilai-nilai kehidupan yang baik, sama atau serupa di dalam pekerjaan. Hal tersebut berdampak besar terhadap pencapaian keberhasilan seorang pemimpin dan bahkan dalam kehidupan keluarga, sosial dan bernegara.

Bayangkan bila atasan anda seorang yang tidak jujur dan terbuka, sudah pasti anda akan merasakan kesal dan bahkan membencinya. Apakah anda sebagai karyawan akan mau percaya dan ikut, sertamemberikan tenaga dan pikiran yang maksimal bagi pemimpin tersebut dan parahnya berdampak bagi perusahaan secara menyeluruh?

Seringkali seorang pemimpin dihadapkan oleh keputusan-keputusan penting dalam karirnya, nilai-nilai kehidupan dan prinsip yang baik dapat menjadi mercu suar dan panduan dalam mengambil keputusan tersebut. Nilai-nilai dan prinsip yang baik akan sulit salah atau keliru karena bersifat universal. Apabila anda mersakan apa yang anda ambil keputusannya bertentangan dengan banyak/berbagai nilai dan prinsip baik maka sudah pasti ada yang salah dalam keputusan tersebut dan perlu ditinjau.

Memimpin dengan Pikiran

 

  • Terus menerus Belajar

 

Seorang pemimpin bukan berarti menjadi seorang ahli di dalam berbagai bidang yang mungkin belum tentu dapat dikuasai atau punya tenaga dan waktu untuk belajar secara menyeluruh dan menjadi yang terbaik di semua bidang? Sebagai manusia kita memiliki keterbatasannya masing2. Namun sebagai manusia yang diberikan otak untuk berpikir berarti kita tetap harus berusaha untuk mempelajari hal-hal yang baru. Tidak ada kata terlalu tua untuk belajar. Kalau mau jujur otak manusia sebenarnya tidak ada batasnya, namun kita sendiri yang menerapkan kurva dimana kalau sudah tua saatnya memberikan otak istirahat? Yang ada kita tambah pikun, dan linglung. Otak manusia memang bisa mengalami degenerasi tapi umumnya akibat pola hidup dan makan kita sendiri, setiap saat sel-sel otak mengalami degenerasi dan regenerasi, seperti otot dan bagian tubuh lainnya, otak perlu asupan yang seimbang dan latihan terus menerus agar tetap segar.

Apa artinya bagi seorang pemimpin? Karena menjadi pemimpin berarti perlu tetap berusaha di depan, belajar hal baru, belajar lebih banyak. Semakin tinggi seorang pemimpin di puncak perusahaan semakin dituntut memahami lebih banyak bidang. Seorang pemimpin belum tentu perlu menjadi ahli engineering saja, tapi juga perlu memahami tentang keuangan, tentang human capital atau resources, tentang investasi, tentang lingkungan, teknologi baru, dan banyak lagi.  Mengikuti course BOMA, mempelajari ilmu-ilmu terkait konstruksi bangunan, engineering, managerial, keuangan, dan psikologi manusia misalnya penting dan tidak ada ruginya sama sekali.

 

  • Inovasi

 

Kenapa seorang pemimpin dituntut lebih luas wawasannya? Semakin luas pemikiran seorang pemimpin maka akan memberikan wawasan, kemampuan membuat strategi, memikirkan solusi/terobosan baru dan juga menjadi partner kerja bagi team nya. Apabila seorang pemimpin hanya mau dan focus pada satu bidang saja maka lambat laun akan sulit bekerja sama dengan bagian lainnya? Kata orang lebih condong pada bagian anu, atau si anu, dsb.

Inovasi umumnya datang bukan karena hanya ahli di satu bidang namun juga karena pemahaman terhadap bidang lain yang siapa tahu malah memberikan ide atau solusi terobosan yang dibutuhkan.

Suatu terobosan atau inovasi pada umumnya bukan karena hasil pemikiran sendiri, bisa saja karena suatu ide lain yang dilontarkan oleh team atau rekanan, menjadi trigger atau memberi input pada solusi lain. Dijaman yang sudah sangat kompleks dan rumit saat ini, jarang sekali inovasi karena pemikiran sendiri atau pribadi yang ditemui saat sedang merenung sendirian, tapi umumnya diperoleh saat proses brainstorming atau diskusi bersama team, rekan kerja dan perkumpulan.

 

  • Visi, Misi dan Strategi

 

Seorang pemimpin yang baik mempunyai visi dan misi yang baik, sebuah mimpi akan tercapainya suatu tujuan yang berdampak baik bagi team/organisasi dan perusahaan. Visi dan misi yang dibuat oleh seorang pemimpin berdasarkan masukkan dan semangat team akan lebih baik lagi.

Visi dan Misi seringkali sekedar statement yang ditaruh di piagam atau pajangan, dan bahkan tindakan, action plan serta strateginya menjauh atau tidak membantu kea rah visi dan misi yang sudah ditetapkan.

Apakah visi dan misi bisa berubah? Bisa tapi jarang sekali visi dan misi berubah karena sifatnya lebih umum namun di satu sisi jelas tujuan yang diinginkan. Contoh perusahaan saya waktu bekerja memiliki misi, “Berupaya untuk mensejahterakan orang banyak” misi yang mulia dan bila dihubungkan dengan strategi yang baik tidak mungkin mejadi perusahaan yang besar. Perusahaan lain memiliki visi, “Memberikan produk terbaik yang dapat membuat kehidupan kita menjadi lebih baik” dengan kata lain terus berinovasi untuk memberikan produk terbaik yang dapat meningkatkan kualitas hidup. Visi merupakan statemen singkat terhadap tujuan yang lebih baik dan mulia. Misi bisa lebih dari 2-3 statemen tentang apa yang akan dibuat suatu organisasi agar visi nya tercapai atau misi yang sejalan dengan visi yang akan dicapai. Contoh pengalaman kerja, Visi yang dicapai adalah menjadi organisasi real estate Indonesia terbaik di industrinya  sedangkan misi nya terdiri dari 3 statemen yaitu: 1. Membantu pencapaian perusahaan (corporate objective), 2. Memberikan layanan yang bernilai tambah tinggi, 3. Menjadi ahli di bidangnya dengan tetap belajar dan berinovasi.

Strategi lebih detil lagi yaitu dengan mencanangkan arah dalam 3-5 tahun kedepan misalnya: 1. Fokus di dalam memperbaiki kondisi asset property agar tidak terjadi insiden atau menimbulkan kerugian, 2. Fokus dalam meningkatkan pendidikan dan edukasi team serta sertifikasi team, 3. Fokus pada pencapaian kinerja keuangan. Strategi bisa dituangkan di dalam konsep balanced scorecard sehingga dapat menjadi KPI (Key Performance Indicator) bagi organisasi tersebut dan bagi masing2 karyawan dibawahnya.

Kan perusahaan kecil apa perlu punya visi, misi dan strategi? Bisa dibilang “YA” meski tentunya tidak perlu rumit, buat yang mudah dipahami dan dimengerti serta dilaksanakan oleh team. Lebih baik punya dibandingkan tidak sama sekali. Visi, Misi dan Strategi dapat memberikan arah yang jelas bagi team untuk dicapai dan memberikan arti dan semangat kerja yang dibutuhkan. Setiap pencapaian di level tertentu bisa dirayakan, diberikan reward dan recognition, sehingga perjalanan menuju tujuan menjadi lebih menarik dan rasa memiliki team akan menjadi lebih tinggi.

 

Memimpin dengan Tubuh

 

  • Kesehatan Jasmani dan keseimbangan hidup

 

Dimulai dengan kesehatan diri pemimpin itu sendiri. Bayangkan pemimpin yang sering sakit-sakitan, hidup tidak sehat dan tidak memperhatikan kesehatan jasmaninya, atau bahkan amit-amit malah konsumsi obat terlarang. Sudah pasti kinerjanya biasanya amburadul atau cuman sekali-sekali saja baik, selebihnya hanya bagus di kulit atau tidak sustainable/jangka panjang. Kesehatan tubuh mendukung kesehatan pikirin dan kesehatan jiwa/hati. Ketiganya membentuk segitiga keseimbangan hidup. Salah satu tidak baik maka hasilnya saling berpengaruh pada ketiga hal tersebut. Pikiran kotor menyebabkan kesehatan tubuh dan jiwa yang buruk, sebaliknya hati yang dengki/kotor seringkali menyebabkan penyakit jangka panjang, depresi dan lainnya. Seringkali kita lupa asupan makanan berpengaruh besar pada kesehatan jasmani, pikiran dan akhirnya jiwa. Keseimbangan perlu dicapai. Bila seseorang aktif secara fisik tentunya perlu asupan makanan yang sesuai, namun apabila aktivitas fisik kurang, maka perlu dibatasi asupan makanan yang digunakan untuk sumber energy seperti karbohidrat contohnya.

Keseimbangan hidup antara bekerja, bermain (fun) dan keluarga juga penting. Sebagai manusia yang punya keterbatasan kita mudah sekali mengalami burn out atau kelebihan/kecapaian yang berdampak negative, terlalu banyak fun juga tidak baik dan melupakan kegiatan yang dapat mendukung pencapaian kinerja.

 

  • Komunikasi dan Hubungan Relasi Kerja

 

Komunikasi dan hubungan antar personal yang baik merupakan salah satu bentuk kegiatan fisik yang penting. Tanpa komunikasi maka akan timbul masalah besar di organisasi. Kadangkala karena kesibukan sendiri, pimpinan jarang sekali berkomunikasi dengan team nya. Komunikasi yang baik tidak hanya satu arah berbicara saja, tapi yang penting juga mampu mendengarkan secara efektif.

Komunikasi bisa secara masal misalnya waktu gathering, meeting dan acara-acara yang melibatkan banyak orang, maupun komunikasi yang lebih intens secara satu persatu atau one on one. Beberapa pemimpin bahkan tidak hanya melakukan komunikasi one on one terhadap direct reportnya tapi dibawahnya atau seringkali disebut skip level.

Pemimpin kita juga memperkenalkan istilah blusukan atau melakukan kunjungan dan komunikasi ke tingkat paling bawah misalnya ke karyawan kebersihan, teknisi, sekuriti dsb.  Mencoba memahami kendala-kendala maupun pencapaian yang sudah terjadi tataran aktivitas di lapangan.

Tujuan komunikasi antara lain untuk mendengarkan kendala dan tantangan serta pencapaian yang ada lapangan dan juga menyampaikan visi, misi dan strategi serta arah dari organisasi/perusahaan. Kedua hal tersebut penting karena kalau keduanya bisa searah akan sangat kuat dampaknya pada kemungkinan pencapaian tujuan/sasaran kerja yang ingin dicapai.

Selain fungsi komunikasi dua arah tersebut, maka hubungan relasi yang baik akan tercipta antara pihak manajemen dan pihak pekerja/karyawan secara umum. Saya bahkan cukup heran masih saja masalah komunikasi terjadi di tataran manajemen senior bahkan di divisi yang seharusnya jadi tolok ukur yaitu Human Resource. Bisa dikatakan komunikasi adalah salah satu kunci kesuksesan seorang pemimpin.

 

  • Action dan Manajemen by Walking around (MBWA)

 

Seorang pemimpin juga dituntut tidak hanya pintar membuat strategi atau action plan di atas kertas. Seorang pemimpin terutama dituntut untuk dapat melaksanakan, mendorong, mengupayakan apa yang sudah disepakati bersama di strategi dan action plan, bisa terjadi di lapangan atau di kegiatan keseharian. Ada yang bilang eksekusi bahkan lebih penting dari sekedar sebuah strategi, tanpa eksekusi/aksi apalah artinya visi misi dan strategi tersebut.

Hal tersebut butuh energi, kemauan dan komitmen pihak terkait, dan tentunya peran Pemimpin yang bisa memastikan gerakan organisasi menuju ke tujuan/sasaran yang diinginkan. Kalau yang tertarik ada topik tentang Exellent Execution, yang berfokus bagaimana caranya mendapat kesuksesan dalam meng eksekusi suatu strategi/action plan.

Hal lain terkait action adalah MBWA, MBWA sebenarnya sudah cukup lama ada,  namun di dunia property dan building management MBWA menjadi penting karena memang mengelola property tidak hanya bisa duduk di kursi kantor didalam ruangan. Memahami secara detil pojok dan bagian2 dari gedung/property yang dikelola sangat penting.

Dari situ seorang pemimpin bisa mengetahui masalah dan tantangan yang ada dilapangan dan dihadapi oleh team setiap hari. Mulai dari masalah safety, risiko bagi penghuni, pekerja dan lingkungan, masalah teknis di lapangan, kebersihan, kesehatan, keamanan, kenyamanan, estetika atau keindahan, dan banyak lagi hal-hal lain yang bisa menjadi masalah atau butuh perhatian lebih dari manajemen.

Di beberapa perusahaan, seorang building atau property manajemen wajib jalan setiap pagi, misalnya di mall, karena buka lebih siang, paginya seorang BM/PM atau GM bisa berkeliling, melihat kondisi riil dilapangan, bertemu sapa dengan para pekerja, customer/tenant, berdiskusi singkat, dan memberikan arahan secara langsung yang dibutuhkan segera oleh team.

Hal penting lain dengan konsep MBWA, tidak hanya sekedar jalan dan mengamati dari jauh, tapi berperan langsung atau ikut bekerja dan menyelesaikan masalah bersama team di lapangan, selain memberikan dukungan moril tapi juga bisa turut merasakan tantangan yang dihadapi oleh team dalam pekerjaan mulai dari engineering, keuangan, system, people mgt. dsb. Meski tidak disarankan tapi kalau ada kemampuan fisik/diri dan tetap mengingat factor safety seorang pemimpin bisa ikut dalam kegiatan2 tertentu yang memang sulit, misalnya meninjau area rooftop, lift car, dan sebagainya bukan cari masalah tapi melihat secara riil kondisi yang ada.

Kembali ke kantor, bisa dilanjutkan dengan meeting/briefing singkat bersama tim inti untuk memberikan arahan atau meminta solusi/action plan untuk mengatasi masalah/kendala yang ditemukan. Tidak lupa memberikan recognition terhadap hal2 yang sudah baik dilakukan.

Seorang BM/PM memiliki privilege untuk bisa melakukan MBWA secara efektif, dan juga bermanfaat bagi dirinya karena hitung2 bisa berolahraga fisik dengan menghitung sudah berapa langkah hari itu mengelilingi propertinya.

Bila dilakukan secara rutin, tulus dan berkesinambungan, team tidak akan merasa MBWA sebagai bentuk pengawasan/audit yang sifatnya menghukum, team bahkan merindukan pemimpinnya dan bisa menyampaikan secara terbuka masalah yang ada dan tidak lupa keberhasilan pencapaian kinerja tertentu.

Banyak lagi yang tidak bisa dibahas disini, tapi sebenarnya tidak lepas dari tiga area yang perlu menjadi perhatian, kemauan, komitment dari seseorang pemimpin

Ada yang bilang wah sulit sekali jadi pemimpin, ya kalau mudah semua sudah dan bisa jadi pemimpin, dan memang tidak semua bisa jadi pemimpin. Jadi bila anda sudah ditunjuk oleh perusahaan, manajemen atau owner menjadi building/property manager atau pemimpin suatu organsiasi maka sudah selayaknyalah anda bertindak sebagai seorang pemimpin yang baik, menjadi inspirasi bagi team dan diandalkan oleh manajamen/perusahaan anda. Tidak seorangpun dilahirkan menjadi pemimpin, namun melalui proses, pembelajaran, pelatihan dan pengalaman, maka bisa lahir seorang pemimpin yang baik dan diandalkan.

Apakah anda mau jadi sekedar boss atau menjadi pemimpin yang baik dan diandalkan?

Salam sukses selalu.

Andy Harsanto

image blog

Insiden Membawa Berkah

Sebenarnya bukan hal itu yang saya coba angkat dalam artikel ini dan juga bukan tentang tinjauan hal teknis, namun lebih pada peran kita sebagai pemangku kepentingan di manajemen gedung. Kejadian diatas bukan hal yang pertama ada insiden terkait transportasi vertical di beberapa gedung, insiden kebakaran di beberapa waktu yang lalu cukup banyak terjadi di beberapa gedung dan banyak lagi yang mungkin tidak terekam oleh jejak media yang saat ini didominasi oleh media sosial yang sangat cepat mengantarkan suatu informasi.

Kalau mau jujur, bila kita telaah dari masing-masing insiden tersebut, sebagian besar boleh dipastikan ada kontribusi (meski mungkin tidak 100%) dari sisi manajemen property. Suatu insiden yang bukan diakibatkan oleh alam seperti misalnya gempa bumi, badai topan, petir, sebenarnya selalu ada cara atau metoda pencegahannya (sebagai manusia yang selalu inovatif, bahkan beberapa bencana alam pun masih bisa/sedang dicari solusi pencegahannya).

Bersikap reaktif terhadap insiden memang sudah menjadi kewajiban agar kita bisa terhindar hal yang sama terjadi di property kita, namun tentunya lebih baik lagi bersikap proaktif sebelum terjadi nya insiden. Tidak berhenti disatu jenis pencegahan risiko saja, tapi lebih penting berapa banyak inisiatif pencegahan yang perlu kita lakukan di dalam gedung atau property yang menjadi tanggung jawab kita.

Kalau kita kembali ke teori manajemen risiko, pencegahan selalu merupakan hal terbaik dibandingkan penanganan paska insiden, tidak peduli seberapa hebat atau baiknya kita melakukan penanganan paska insiden. Yang seringkali menjadi masalah adalah, seberapa jauh tindakan pencegahan yang harus dilakukan. Pihak investor/owner mungkin punya pertimbangan biaya vs. manfaat, dari sisi manajemen keterbatasan resource menjadi kendala untuk melakukan pencegahan secara maksimal serta kendala-kendala lainnya.

Seperti yang kita pahami suatu inisiatif pencegahan butuh suatu usaha dan komitmen dari berbagai pemangku kepentingan mulai dari pemilik, manajemen gedung, team di lapangan. Kalau menyimak konsep risk manajemen pasti ingat besarnya risiko = tingkat kemungkinan kejadian x dampak dari kejadian tersebut. Hal tersebut dapat membantu prioritisasi usaha pencegahan yang perlu dilakukan memang tidak semua risiko bisa di tangani, namun paling tidak pendekatan pareto dari 20% temuan yang bisa berdampak 80% besaran risiko yang perlu kita tindak lanjuti sudah lebih baik daripada tidak melakukan tindakan pencegahan sama sekali.

Disisi inilah suatu insiden bisa memberikan peluang bagi para manajemen property untuk mereview kembali apakah tindakan pencegahan di property nya sudah memadai? Suatu insiden juga bisa menjadi suatu alasan yang lebih kuat untuk menjual konsep pecegahan ke pihak owner/developer terutama untuk mendapatkan investasi yang dibutuhkan (misalnya peralatan pencegahan, upgrade hardware maupun software, maupun dari sisi sumber daya manusia nya misanya untuk pelatihan dsb.)  Tentunya tugas manajer property untuk memberikan usulan yang juga dapat dipahami oleh pihak investor/owner/developer yaitu dari sisi biaya vs. manfaat. Paling minimal sudah ada inisiatif proaktif dari manajer property ke pihak pemilik/investor.

Langkah paling sederhana bagi para manajer property dan bahkan wajib dilakukan adalah sering2 melakukan walkaround inspection di gedungnya dan bersikap kritis untuk melihat kondisi gedung/property dan lingkungan sekitarnya. Hal ini merupakan suatu kebiasaan yang bisa dibentuk dengan latihan rutin terus menerus.

Tidak sungkan bertukar pikiran dengan rekan-rekan di asosiasi siapa tahu ada ide baru, solusi maupun sekedar referensi yang dibutuhkan. Itu kelebihan punya teman-teman di industry bukan?

Kembali ke judul, berbagai pihak sah-sah saja mengartikan suatu insiden membawa berkah bagi pihaknya masing-masing. Namun kita berharap peluang terjadinya suatu insiden menjadi jauh lebih kecil karena kita selalu bersikap proaktif, mencari solusi-solusi kreatif penanganan risiko dan tidak mudah menyerah terhadap tantangan-tantangan baik dari sisi biaya, pemangku kepentingan maupun external.

 

Salam Sukses

Penulis:

Feb 2018, Andy Harsanto

image blog

Aura Air

Data-driven air quality platform Aura Air launches new product for COVID-19 patients

Air quality has become a cause for concern in recent years. Several studies have shown that poor air quality can impact our health in numerous ways resulting in acute as well as chronic ailments. With the COVID-19 pandemic further adding to the woes surrounding deteriorating air quality, government, as well as private organizations, are looking to leverage cutting-edge technology to improve air quality. Against this backdrop, Aura Air, a data-driven air quality platform is launching its flagship product to make the air in compact spaces cleaner.

 An all-in-one indoor air purification and quality intelligence system, Aura implements a unique 4-stage purification process while vigilantly monitoring air quality in real-time to disinfect and filter the air. As soon as the system detects hazards, it immediately sends out an alert and provides crucial intelligence such as the nature/origin of the issue, the solution to the problem, and alarms if urgent action or evacuation is required. The 3 steps of Aura’s filtration process are:

Detection: The system detects indoor and outdoor air quality based on real-time monitoring through a wide range of smart sensors. In indoor spaces, Aura can identify smoke, Carbon dioxide, PM 2.5 to PM 10 particles, temperature, and humidity. In outdoor spaces, the device can detect CO, NOX, NO2, O3 (Ozone), Allergies, VOC, PM 2.5 and PM 10, temperature, humidity, and the weather.

 

Personalization: Aura Air uses a unique air quality assistant that personalizes the Aura device precisely to the end user’s requirements. The user will need to complete a questionnaire post which the device will provide relevant recommendations to cater to their specific needs.

 Filtration and disinfection: Coming to the key step of the process, Aura uses the pre-filter that filters large particles of dust, pollen, insects, animal hair, etc. Post this, the device uses Aura Air’s patented Ray filter that contains HEPA, Carbon Layer, and Smart Copper Fabric to filter out 0.3-micron particles, VOCs and bad odours, and viruses and bacteria. The third part of the process comes with its UVC LEDs that neutralize bacteria, viruses, and other parasites. Finally, the system’s EPA-approved Sterionizer, a component based on the bipolar ionization technology, generates positive and negative ions to purify and freshen the air by eliminating the aforementioned pollutants.

 

Speaking on the launch, Mr. Ashwani Mutha, CMO of Aura Air India said, “Poor air quality is one of the biggest challenges that the world is facing, and the pandemic has simply accelerated the need for purified, clean, and healthier air. Powered by cutting-edge technology, Aura’s unique filtration process ensures thorough air purification and disinfection, ensuring a healthy and safe environment in indoor spaces. Aura has also proven to be effective in reducing the concentration of the Coronavirus making it a product with significant antiviral properties. We are delighted to launch Aura and will be coming up with more such announcements soon.”

Tested at NABL Labs for efficacy and efficiency in identifying the Air Quality Index (AQI), Aura Air’s USP also lies in its sleek, compact appearance and 360-degree lightweight design. Weighing 3.5 kgs, the machine can be mounted to the ceiling, a wall, or simply placed on a surface at indoor spaces such as hospitals, schools and universities, hotels, and other commercial establishments. With a presence in Jaipur, Delhi, Kolkata, Hyderabad, and Mumbai.

 

About Aura Air India:

Aura Air has its presence in UK, US along with India (Jaipur, Delhi, Calcutta, Hyderabad and Mumbai). Aura Air helps in making compact spaces healthier through a data-driven air quality platform based on user behavior intuitive algorithm that makes it different from other air purifiers. Aura Air believes in providing complete solutions to its consumers by providing the latest technology that helps in giving efficient results and helps in purifying the air. Aura Air, a data-driven air quality platform that leverages user behaviour and its intuitive algorithm to make compact spaces much healthier. Since breathing should not require a second thought, Aura Air developed the world’s smartest air management platform which not just cleanses and disinfects indoor air, but does so while vigilantly monitoring its quality in real-time.

 

Air purifier could bring Japan’s karaoke industry back to life

 

Aura Air has signed a $30 million deal with Japanese distributor J-TEC to supply the Japanese market with its advanced technology, which is specially designed to purify air in closed spaces. The company’s system has proven to be 99.99% effective at eliminating COVID-19 particles, among other pathogens.

 

Oren Eliyasov, business development director at Aura Air, told The Media Line that the agreement with J-TEC includes the Japan Karaoke Box Association and other major clients in Japan, such as SMBC Trust Bank and JTB Corporation, one of the largest travel agencies in the country.

 

“The karaoke association says that there are 100,000 [karaoke] rooms all over Japan,” Eliyasov said. “Currently, most of them are closed due to the coronavirus pandemic.”

 

Karaoke, which means “empty orchestra” in Japanese, was developed in the Land of the Rising Sun in the 1970s and quickly spread around the world as a popular form of entertainment. In Japan, it has long been a favorite outing for groups of friends and families.

 

Since the COVID-19 pandemic, however, many karaoke bars in the country have reduced operations or shut down entirely as the industry struggles to stay alive. Karaoke nights generally take place in small crowded rooms, an ideal setting for spreading the novel coronavirus.

Aura Air’s device monitors air quality 24/7 and constantly purifies it, Eliyasov said.

 

“Basically, we found out that we’re capable of reducing the coronavirus by 99.99%, which gives a lot of confidence to clients and those who would come and sing in the karaoke rooms,” he explained.

 

Aura Air uses a combination of four filters to completely change the air in a standard-sized room every 2.5 hours. It has a pre-filter to catch large particles and dust, a patented multilayered HEPA filter that includes a carbon-infused fabric, UVC LED lighting to neutralize bacteria and viruses, and a Sterionizer device that produces positive and negative ions to purify air.

 

According to Aviad Shnaiderman, co-founder and CEO of Aura Air, the system is already in use in more than 50 countries, in their hospitals, clinics, educational institutions and public transportation.

 

The COVID-19 pandemic has helped to accelerate Aura Air’s sales worldwide.

 

“The coronavirus helped us to educate and raise awareness of indoor air quality,” he said. “It did a fast-forward for everything that we believe in and that we claim.”

 

What distinguishes the company’s system from others on the market, Shnaiderman added, is that it provides a measurement of pollutants in real-time and that it uses a unique process to filter and disinfect the air.

 

“It’s an IoT (internet of things) product for smart homes and smart buildings,” he said, explaining: “It connects to the internet, mobile phones and other smart devices and applications.”

 

The startup’s recent entry into the Japanese market also has a personal story behind it.

 

“I was traveling in Japan two years ago and had a girlfriend there, which led me to learn Japanese so that I could communicate with her parents,” Eliyasov said. “This led to me falling in love with the culture, people and language over there.”

 

While the relationship did not last, it did lead Eliyasov to joining Aura Air as a business developer for Japan, which the company hopes will become one of its major markets.

 

400 UK, Ireland buses COVID-free

Aura Air startup has finished outfitting 400 tourist buses, newly repurposed to carry frontline workers in the United Kingdom and Ireland, with its unique data-driven air purification system.

The technology uses three methods to kill coronavirus and informs passengers on the state of seven air quality indexes in their vehicle.

Originally tested at Sheba Medical Center, where it is still in use today, the system was found to be more than 99.9% effective in disinfecting indoor air from bacteria, viruses, fungi, and molds and catching particles that can cause sickness.

The air purification system obliterates coronavirus using two patented methods: a Sterionizer and a copper laced high-efficiency particulate air (HEPA) filter. In addition, it cleans the air using ultraviolet C (UVC) light.

The Sterionizer is an updated ionizer, as the older models can cause serious health problems such as lung damage. An ionizer works by distributing positive and negative ions into the air, which starts a process that destroys the sickness-causing protein constructions of viruses, such as the coronavirus and influenza.

Copper HEPA filters distinguish themselves by trapping and killing the virus, whereas the normal HEPA filters only capture the virus. Copper is well known for eliminating bacteria and viruses by weakening their protein structure in addition to inhibiting their ability to reproduce.

UVC light purifies, among other things, air and water.

According to the US Food and Drug Administration: “UVC radiation has been shown to destroy the outer protein coating of the SARS-Coronavirus, which is a different virus from the current SARS-CoV-2 virus. … UVC radiation may also be effective in inactivating the SARS-CoV-2 virus, which is the virus that causes the Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).”

Technology is used not only for shielding against coronavirus but for passengers to monitor the air around them.

Passengers can view air quality indexes for carbon dioxide, carbon monoxide, volatile organic compounds (such as perfumes), humidity, temperature and particulate matter (PM2.5 and PM10). According to Paul Kasler, CEO of Aura Air UK Ltd, the UK distributor of Aura Air, the latter two measures are the most important for COVID-19 monitoring.

“These are the particles that are emitted when you breathe, cough, sneeze, talk, which are known to carry the virus and float in the air for 15 to 30 minutes,” he told The Media Line, explaining that PM2.5 particles are between 1.5 microns and 2.5 microns in size, and PM10 particles are 2.5 to 10 microns in size.

A micron is one-thousandth of a millimeter.

All of the air monitoring can be done through an app.

“We give operators a sticker to put on the coach and on the corner of the picture is the QR [Quick Response] code. Passengers scan that QR code in and then they can download the app and sit on the coach and look at the readings,” Kasler said. “It will show you if you’ve gone above a threshold level.”

“The passengers are the first target audience that can use the data and see it. Besides them, the data can also be screened to the coach operators, the managers of the buses or trains,” Roei Friedberg, CEO of Aura Air North America, told The Media Line.

Kasler himself works with private operators, which use “everything from a Mercedes Tourismo, which is a 51-seater coach, right down to 10- to 12-seater minivans.”

He has seen a burgeoning business from school bus companies.

“A lot of these private operators are supplying the schools. Of the 111 that we’ve installed in the last week, I would say 30 to 40% of those are for school travel,” Kasler said.

The technology for the air purification system is also used for analytics and can be employed to help policymakers.

“If needed, we can export the data and share it with governments: with the Ministry of Health or other authorities managing the COVID situation in those countries,” Friedberg said, adding that the future of this kind of technology lies in information analysis.

“Aura Air is now investing a lot of time and efforts on data analytics, … different air indexes for viruses or to predict high-risk scenarios,” he added.

Friedberg says the technology is now in buses in the Netherlands and Croatia and will soon be utilized in the US.

Aura Air works mainly with tourist operators, but Friedberg notes that the company is “now in negotiations with three big operators to also implement them in buses [for] public transportation.”

Aura Air system is crucial for industries such as transportation where people are especially anxious about catching the novel coronavirus, Friedberg said.

“We saw that from coach companies, buses, public transportation … people are afraid to use them,” he said. “Our technology is a one-stop-shop solution to purifying the air to provide a safe and healthy environment, [in addition to] show[ing] you the real-time data and giving you the confidence that the area is clean and secure.”

“We will have a COVID-free environment on the bus; one thing for sure is that it will eliminate the fear of being 30 to 40 people on the bus,” he added.

The technology gives people additional assurance by relying on science, which arms them personally with information, Smadja said.

“It’s not enough if I tell them the air is good or the driver left the windows open; he’ll [the customer will] be able to check the air level on the bus by himself,” he said. “He does not have to trust me or my driver, but rather technology.

“I want to give customers something [to feel confident about their safety] which is beyond the masks,” Smadja continued. “If you see an airplane, everyone has masks, but you still have doubts about the quality of the air on the plane.”